…menulis untuk mencicil ketidaktahuan

Menjadi Batu

Posted in cerita, Good Article, Indonesia by daengrusle on June 20, 2021

Hikayat Medusa dan Malin Kundang punya kemiripan. Hidup keduanya berakhir menjadi batu, atau siapapun yang menatap matanya akan menjadi batu. 

Dalam mitologi Aborigin, ada cerita tiga gadis yang terpaksa dijadikan patung dan disembunyikan di pegunungan Biru untuk melindungi kesucian mereka. Sayangnya, dukun yang menjampi-jampi terbunuh dalam perang, dan tak ada orang lain yang menguasai mantera untuk mengembalikan tiga gadis itu kembali jadi manusia. Alhasil, kebatuan mereka abadi hingga sekarang.

Batu, sering dijadikan metafora untuk mereka yang bebal, atau kondisi yang sulit diubah, seperti gelaran kepala batu atau muka tembok. Biasanya untuk mereka yang tak mengikuti pakem atau kebiasaan dan anjuran umum.

Di zaman pagebluk, mereka yang tak mau bermasker ria, emoh jaga jarak atau bahkan yang tak percaya virus covid itu ada sehingga menolak vaksin juga masih banyak. Dari kalangan biasa, alumni perguruan paling cerdas, hingga sejawat tenaga kesehatan yang mestinya punya akses pengetahuan lebih besar, juga bisa dihinggapi kebatuan ini.

Karena kepala batu dan muka tembok ini, kita terpaksa berurusan dengan membludaknya deretan angka-angka kasus baru. Dua tiga hari ini, angka kasus Indonesia nyaris menyentuh sepuluh ribu. 

Teman-teman expatiate yang sudah berencana mudik, terpaksa mengurungkan niat atau menunda. Siapa yang mau menanggung berhari-hari di karantina tanpa kegiatan tapi menguras kantong. Ekonomi, pemerintah dan siapapun meriang jadinya.

Bagi penikmat turnamen sepakbola piala Eropa 2020, tentu tercengang melihat bagaimana penuhnya stadion Puskas Arena di Budapest dan Munich, tempat timnas Hungary, Jerman, Perancis dan Peranggi menjalani laga mereka. Stadion di Baku, Kopenhagen, Roma, Amsterdam, Bukharest, St Petersburg, juga London dan Glaslow disesaki penonton.

Eropa yang awal-awal paling dihantam pagebluk itu kini mulai menggeliat dan menunjukkan daya tahannya. Tentu karena pemerintahnya memperlakukan ketat protocol kesehatan dengan massifnya vaksinasi dan pengetesan di mana-mana. Setidaknya meminimalisir penyebaran antar penduduk.

Di lembah sungai Nidd, dekat Knaresborough North Yorkshire, Inggris, ada tempat mirip gua yang bisa membuat segala sesuatu menjadi batu. Proses ini disebut Petrifikasi. Di bibir gua Nidd ini, banyak barang serupa boneka, cerek, teko, tulang, hingga sepeda ditaruh oleh penduduk hanya untuk melihat semuanya menjadi batu.

Iya, batu serupa stalaktit dan stalakmit. Hanya di Nidd ini prosesnya lebih cepat, hanya hitungan bulan saja. Tak seperti stalaktit stalaknit yang membutuhkan puluhan atau ratusan tahun untuk membatu. Mengabaikan bagaimana mitos dan cerita rakyat Knaresborough bagaimana terkutuknya tempat ini, namun menurut saintis yang meneliti tempat itu, air dengan kandungan mineral sangat tinggi lah yang mengubah benda-benda itu menjadi batu dengan cepat.

Sayangnya, sungai dengan air berkandungan mineral tinggi itu letaknya jauh di Inggris sana. Seandainya berada di nusantara, tentu mereka yang suka abai bahkan meremehkan pagebluk covid ini bisa diarahkan untuk berwisata kesana, sekalian mandi dan mengabadikan dirinya menjadi batu.

Foto: Tampilan pintu gua Nidd, sumber Amusing Planet.

Asahara – Relusi

Posted in agama, cerita by daengrusle on April 10, 2021

RELUSI, Religious delusion, adalah istilah teknis yang diperkenalkan untuk melabeli mereka yang karena keyakinan agamanya, mengidap penyakit delusional, merasa benar sendiri – tak menerima kritik dan menolak adanya perbedaan.

Di Jepang, dulu ada sekte agama baru bernama Aum Shinrikyo. Mendengar nama sekte ini, orang mungkin akan bergidik ngeri.Pemimpinnya, Shoko Asahara, seorang lelaki buta yang baru beberapa tahun mempelajari agama-agama dunia, tetiba di tahun 1984 mendaku diri sebagai Yesus, sang Juru Selamat. Dia juga mengaku memiliki kekuatan supranatural yang bisa dia pindahkan ke pengikutnya.

Selain menubuatkan tentang kiamat, yang akan didahului oleh perang dunai ke-3 dengan serangn nuklir mematikan, dia juga menganggap Yahudi, Freemasonry dan beberapa kelompok sebagai musuhnya. Yang anehnya, dia juga memasukkan pemerintah Belanda dan Inggris dalam daftar kelompok yang mesti dibasmi.

Kalau hanya retorika ajaran dan disampaikan sebatas mimbar saja, mungkin orang masih tak begitu khawatir.

(more…)
Tagged with: , , ,

BATE SALAPANG, SEMBILAN BENDERA

Posted in Sejarah, Sulawesi Selatan by daengrusle on April 10, 2021

Meski berwatak keras, konon leluhur orang Makassar itu sejatinya sangat penurut dan mudah diatur. Mereka patuh pada hukum dan pemimpin, yang biasanya diikrarkan dalam prosesi ritual “Angngarru’, atau bersumpah setia.

Selama mereka memegang sumpah, yang juga dilandasi kearifan lokal siri’ na pacce, tak akan pernah terbersit untuk melakukan pelanggaran atas sumpah itu. Mereka bersedia diatur dan diarahkan oleh pemimpinnya, tak peduli asal, gender atau apapun atribut sesembahannya itu.

Tersebutlah Kasuwiyang Salapang atau Bate Salapang, konfederasi sembilan negeri pra-sejarah yang kelak membentuk kerajaan Gowa dan menurunkan suku Makassar. Hingga menjejak abad 13M, Kasuwiyang Salapang atau Sembilan Negeri kecil berdaulat yang terdiri dari Tomboloq, Parang-parang, Lakiung, Bissei, Dataq, Kalling, Serroq, Samata, dan Agang Jekne ini senantiasa larut dalam pertikaian berkepanjangan.

(more…)

Ariel Adalah Semesta

Posted in Indonesia by daengrusle on March 10, 2021

Mereka yang kini heboh soal membuka aib keintiman seorang artis, mesti berkaca pada junjunganku, Ariel.

Ketika Ahmad Dhani Prasetyo keluar dari kepompong dan menjadi dewa bagi para baladewa, Nazriel Irham masih sangat belia. Saat group band Dewa19 dibentuk di Surabaya, 1986, Ariel kecil baru berusia 5 tahun dan menghabiskan masa menyusuinya di ujung utara nusantara, Langsa Aceh.

Baru saat menginjak usia 7 tahun, Ariel mulai menghirup udara segar Bandung dan bisa jadi langkah-kecil bocah pendek itu diayun-ayunkan di Perempatan Terminal Antapani (yang kelak disingkat dan menjadi nama band kondang-nya: Peterpan).

Mengikuti sukses album perdana Dewa 19 (Kangen), album keduanya bertajuk Format Masa Depan (1992) dirilis di Jakarta. Di tahun yang sama di Bandung, Ariel baru mulai merintis karir musiknya sebagai band anak sekolahan di SMP 14 Bandung.

Di masa SMP ini, Ariel sudah membentuk band musik pertamanya bernama Peppermint, mungkin karena Ariel remaja menggemari permen yang mampu membuat cowok PD dan menghilangkan bau mulut.

Seperti kebiasaan anak band, hingga tahun 1997, Ariel sudah cukup gahar membentuk banyak band setelah Peppermint. Ada Silver, Cholesterol dan Topi. Di band terakhir ini, ia bertemu Uki yang kelak menjadi sekondan sehatinya hingga di Peterpan dan Noah.

Uki bagi Ariel, seperti Andra bagi Dhani di Dewa19, tak terpisahkan. Ibarat indomie dan bumbunya, hanya sedap disantap kalau disatukan. Ibarat Fadli Zon dan Fahri Hamzah, kombinasi maut yang kadang bikin bergidik geli.

**

Dhani sungguh sosok jenius dalam bermusik. Dalam komputer Dhani, konon tersimpan ribuan aransemen lagu yang menggelegar dengan lirik puitis yang siap menghentak blantika musik tanah air. Energy kreatif musisi botak nan arogan ini seperti tak pernah habis, dulu.

Dari tangan Dhani pula, bermunculan banyak artis dan band-band terkenal yang dia orbitkan. Selain Dewa19 tentunya. Dhani tak hanya puas sebagai musisi penyanyi dan penulis lagu, tapi kejeniusannya melampaui kerja-kerja sublim itu. Ia hendak menjadi dewa sesungguhnya, menjadi panutan para musisi generasi setelahnya.

Hingga kemudian tiba masanya, ketika Dhani yang jenius dalam bermusik, tiba-tiba putar haluan menjadi politisi yang sulit untuk dibanggakan.

Dhani menjadi biji yang tak masak, tak enak diemut. Mulutnya yang cadas seperti tak cocok untuk kuah politik yang mengharu-biru. Ia kemudian jadi tersangka karena ucapannya yang provokatif. Ia menjadi biji yang memalukan baladewa.

Apa isi komputer Ariel?

Kita tak pernah tahu, atau hanya tahu sedikit tapi tak seluruhnya. Namun para penggemar Ariel tentu paham ke arah mana pertanyaan ini. Ariel adalah semesta pujaan kaum lelaki yang punya imajinan tanpa henti.

Musik Ariel selalu membelai, enak didengar. Namun sejatinya sosoknya melampaui musiknya, ia adalah semesta itu sendiri.

Pernah di suatu masa, ia menjadi semesta pembicaraan.

Di saat Dewa19 menghadapi masa-masa menjelang bubar di akhir 2010, Ariel malah semakin sibuk. Setelah album- peterpan meledak berkali-kali di pasaran dan Ariel pun sempat menjadi cameo dalam film Laskar Pelangi.

Di bulan Juni 2010, Ariel menjadi matahari bagi para pemuja selebritas. Ia menjadi representasi kekaguman yang tak henti-henti. Video-video keintimannya dengan kekasih dan non-kekasihnya yang seharusnya di-setting “privat” bocor ke publik.

Berbagai tafsir fenomenologis bemunculan saat itu. Tafsir yang paling kencang beredar adalah riwayat puluhan video lainnya yang masih tersimpan rapi di computer Ariel. Tak ada yang membantah konon, dan hampir saja riwayat ini menjadi pemuncak seluruh perbincangan.

Sayangnya, tak ada lagi tayangan berikutnya. Nasib Ariel sang pujangga dan pujaan ini berakhir di balik bui. Ia ikhlas menerima hukuman 2,5 tahun penjara akibat rekaman keintimannya sendiri.

Ia didakwa bukan karena dia memperlakukan kekasih-kekasihnya secara kasar, malah ia menjadi ikon keperkasaan bagi para jomblowan akut. Namun ia didakwa konon karena membuat semua lelaki di nusantara cemburu berat kepadanya. Dua perempuan rupawan, dan mungkin belasan lainnya (wallahu ‘alam) terengah-engah dalam pelukannya.

Ariel adalah semesta, sementara Dhani adalah bijingan.

Hidup Ariel berlanjut dengan Noah, band baru bentukannya selepas Peterpan. Sedang Dhani seperti kepalanya, botak tanpa menghasillkan lagi “kejeniusan” music yang baru. Ia terlelap dalam gempita politik yang busuk dan tak penting.

Sementara Ariel tetap jadi semesta, ia adalah junjungan sesungguhnya.

***

Rashford dan Jerusalem Syndrome

Posted in Uncategorized by daengrusle on December 15, 2020

Tidak banyak pemain Manchester United yang terang-terangan dipuji oleh fans Liverpool, selain seorang Marcus Rashford. Untuk Rashford, bahkan Jurgen Klopp – pelatih kharismatik the Reds memberikan pujian yang bisa membuatnya besar kepala, “Saya tak menemukan kata lain selain luar biasa untuknya, dan apa yang dia lakukan sungguh sangat mengagumkan”.

Rashford, striker the Red Devil yang baru berusia 23tahun ini, memang baru melesakkan 3 gol di ajang Liga Inggris musim ini, kalah jauh dari winger Liverpool, Mohammed Salah yang sudah mengkoleksi 9 gol untuk timnya.

Namun Rashford punya prestasi lain yang terbilang tak bisa diukur oleh jumlah gol atau penampilan ciamik di lapangan hijau. Ia adalah inisiator sebuah gerakan sosial bertajuk “Free School Meal” selama masa pandemik Covid19.

Sampai hari ini, Rashford berhasil mengumpulkan donasi sebesar 20 juta Paun (setara Rp374 MIlyar) untuk membelikan paket makanan untuk 1,3 juta anak sekolah di Inggris yang terdampak krisis ekonomi karena pandemic Covid19.

Aksi sosial Rashford ini seperti banjir bah yang mengundang simpati para pemain bola, usahawan, buruh, birokrat dan yang memiliki panggilan yang sama. Kota Liverpool, seteru abadi Manchester dalam palagan liga Inggris, ikut menyumbang 300,000 paun untuk program ini.

Rashford, berkat usaha mulia ini – di tahun 2019 ia juga mempelopori aksi donasi makanan untuk para pengangguran dan gelandangan usia muda di Manchester, Rashford mendapat gelar kebangsawanan MBE (Member of the British Empire) dari Ratu Inggris karena aksi ini.

Padahal, Rashford sempat dicibir dan dianggap mengganggu para politisi dan pejabat di pemerintahan Inggris. Pemerintah Inggris awalnya menolak memberikan makanan gratis untuk anak sekolah di Inggris, sebagaimana usulan Rashford, sampai akhir liburan musim panas.

Pemerintah berdalih, bahwa kewajiban menyantuni anak-anak peserta didik itu berakhir ketika masa sekolah juga usai. Namun Rashford menantang bahwa efek krisis ekonomi akibat pandemic ini juga berlangsung sampai liburan musim panas.

Berkat kengototan Rashhord, juga didukung oleh banyak pengacara di negerinya, beserta netijen followernya yang berjumlah 2,8juta itu, Boris Johnson, perdana menteri Inggris terpaksa mengiyakan usulan ini. Namun Rashford, sudah kadung dianggap pembangkang – meski tujuannya mulia – karena dianggap “mengganggu” pemerintah Boris saat itu.

==

JERUSALEM SYNDROME, dikenal sebagai penyakit mental yang penderitanya mengaku memiliki gagasan obsesif, delusi atau pengalaman dibisiki Tuhan atau symbol agama, yang timbul saat atau sehabis berkunjung ke kota Yerusalem.

Selama kurun waktu 13 tahun, dari 1980-1993 Klinik Mental Kfar Shaul di Yerusalem terpaksa merawat sekitar 1200 wisawatan yang mengidap penyakit mental merasa mendapat “bisikan atau panggilan” ilahi.
Rerata setiap tahun jumlah pasien yang terpaksa diobati di klinik itu adalah 100 wisatawan, dan 40 diantaranya harus diperiksa secara intensif di Rumah Sakit.

Fenomena Yerusalem Syndrome ini kemudian menjadi istilah umum yang disematkan kepada mereka yang punya kecenderungan mental yang sama, merasa mendapat bisikan atau panggilan spiritual, setelah mengunjungi atau mempelajari agama atau keyakinan tertentu.\

Wikipedia mencatat, sepanjang sejarah, ada lebih 100an tokoh yang mengaku sebagai titisan Tuhan, sejak jaman Firaun sampai Joseph Roy Kony di Uganda, 1987. Belum lagi mereka yang mengaku sebagai Nabi, atau jelmaan Isa AlMasih, mungkin berjumlah ribuan, dan ajaibnya, pengikutnya juga banya yang mempercayai.

Persoalan mengaku Nabi, atau titisan Tuhan, atau semacamnya adalah persoalan klaim subyektif. Dalam wacana keagamaan, klaim semacam itu memang ranah pengalaman spiritual yang tidak bisa diverifikasi. Tak ada yang bisa membuktikan kebenarannya, selain dia atau mereka yang mengalaminya.

Banyak klaim-klaim seperti ini umumnya bernuansa politis, selain tentu saja ada persoalan mental yang perlu diobati. Klaim politis ini punya tujuan yang universal, pembangkangan terhadap status quo atau kondisi yang dipenuhi ketidak-adilan. Gerakan-gerakan messiah selalu mengambil corak ini, memperjuangkan keadilan.

Namun tentu saja pembangkangan ini bisa dianggap baik, kalau memang menghasilkan sebaran kebaikan yang massif juga, dan malah tak menimbulkan kekacauan di masyarakat. Apalagi menunjukkan arogansi atau tindakan premanisme yang membuat warga takut.

Kebaikan karena panggilan ilahi mestinya mewujud sebagaimana yang dilakukan oleh sang penyerang Manchester United, Marcus Rashford, 23 tahun itu. Untungnya, Rashford tak mencampur adukkan kegiatan sosialnya dengan niatan agamis atau politis, menjadi tokoh yang diglorifikasi.

Padahal, Rashford punya banyak kriteria untuk memenuhi syarat menjadi seorang yang dikultuskan, muda cerdas dan baik hati. Kecuali soal torehan golnya yang masih minim saat ini, dan tak mampu mengangkat klubnya, Manchester United untuk bisa bersaing dengan Liverpool.

::: Muhammad Ruslailang

Pulau Yang Mengecewakan

Posted in feature, Random by daengrusle on December 2, 2019

The Disappointment Islands are part of the Tuamoto Archipelago, a chain of nearly 80 islands (Credit: Credit: Andrew Evans)

Kehidupan Anda mengecewakan? Bisa saja, tapi tak perlu sampai baper menamai semua hal yang mengecewakan Anda itu seusai dengan suasana hati, seperti yang dilakukan John Byron ini.

Apalah arti sebuah nama, kata Shakespeare, untuk menafikan makna penamaan. Namun bagi penduduk pulau Tepoto dan Nepuka, penamaan “Disappointment Islands” untuk gugusan dua pulau hunian mereka sungguh tak adil. Penulisan sejarah yang tak bersahabat, membuat dua pulau itu mesti dikenali dengan nama yang menggelikan.

Bermula dari kisah John Byron, yang sepatutnya adalah nahkoda penuh pengharapan. Namun, lantaran rasa pundung yang memuncak, dia menamai dua pulau yang dikunjunginya tahun 1765 sebagai “Disappointment Islands; Kepulauan Yang Mengecewakan”.

Setelah lebih dari sebulan armada kapal Kerajaan Inggris yang dipimpin Byron mengarungi luasnya lautan Pasifik yang seakan tak bertepi nan membosankan, pada hari jumat pagi, 7 Juni 1765, nampak sebuah pulau kecil yang dikelilingi pasir putih dan ditumbuhi pohon-pohon kelapa tinggi menjulang, demikian Byron menggambarkan pulau cemerlang ‘temuannya’ itu.

Surga kecil di selatan Pasifik itu memukau Byron dan awak kapalnya. Segera ia menurunkan perahu kecil untuk mendekati pulau dengan nyiur melambai-lambai itu. Dalam lambung perahu itu, ia juga memuat beberapa tampuk roti untuk dibagikan kepada penduduk setempat. (more…)

Sauna Kota

Posted in cerita by daengrusle on June 20, 2019

images.jpg

gambar dari iStockphoto

Dua hari lepas, Dubai seperti kota sauna. Hampir sekujur kota diselimuti halimun putih, jarak pandang hanya sepersekian kilometer. Tapi ini bukan kabut yang dingin seperti di puncak bukit, ini kabut yang hangat, membuat kita segera berkeringat.

Dari aplikasi penunjuk suhu, menunjukkan “hanya” 38 derajat, tapi tingkat kelembaban sampai 100%. Artinya, setiap massa udara yang melingkupi kita juga mengandung uap air yang sama banyaknya. Ini seperti ketika Anda memasuki ruangan sauna yang hangat dan lembab. Baru 2-3 meter saja melangkah keluar dari ruangan, badan segera berpeluh dan terasa pengab. Ketek, selangkangan dan semua lipatan terasa basah.

Menjelang siang, suhu udara di Dubai juga menanjak, mencapai sekitar 45 derajat, tapi kelembaban menurun sampai 40% saja. Panas terik, tapi tak disertai uap yang menyesakkan.

Buat orang dari kampung tropis seperti saya, suhu dan kelembaban seperti ini membuat gak nyaman. Tapi untunglah waktu “berjemur” di luaran tak terlalu lama. Hanya saat mengantar anak2 ke sekolah dan jalan ke kantor, sekitar 15 menit, dan atau jalan keluar makan siang bersama teman-teman kantor, sekitar 10 menit. Selebihnya, nyari 20 jam lebih berada di dalam ruang berpendingin.

Setiap terpapar suhu yang panas, kadang pikiran saya selalu merenungi NERAKA.

Apakah neraka itu panas maksimal yang meletup2, seperti yang kita lihat saat gunung meletus, atau sesuatu yang lain. Saya sendiri berkeyakinan bahwa di alam selanjutnya nanti bukanlah tempat buat mengukur hal-hal materil seperti di dunia. Jadi tak akan ada panas atau dingin, seperti ukuran kita di dunia.

Di Neraka yang saya pikirkan itu, siksaan bersifat non-material, seperti perasaan sakit hati, cemburu, berduka teramat dalam, penyesalan, dan sebagainya. Siksaan seperti itu jauh lebih menyakitkan daripada sentuhan panas pada kulit yang akan hilang seiring waktu.

Panas di Dubai, seperti di kota-kota berkawankan gurun, tentu tak seberapa. Jutaan manusia sudah melewati masa yang panas sekalipun, hingga saat ini. Tapi siksaan terberat manusia itu sejatinya adalah yang menghunjam ke hati.

Tanyalah pada mereka yang pernah ditolak cintanya, konon lebih sakit daripada sakit gigi. Sampai level “teganya” bisa sampai 13x menurut Meggy Z.

Tagged with: , , ,

Kisah Unik dari Makam Keramat

Posted in agama, cerita, feature by daengrusle on June 17, 2019

image.png

Majalah Tempo edisi 15 Juni 2019 terbit dengan sampul muka berlatar perempuan-perempuan berniqab di tenda penampungan tahanan ISIS di Suriah. Meski laporan investigative langsung dari kantong-kantong pengungsian di Suriah ini ciamik dan enak dibaca – tentu dengan perasaan getir bercampur marah, namun sejatinya saya lebih tertarik dengan reportase di rubrik “Iqra” yang mengambil bahan dari buku karya terbaru George Quinn “Bandit Saints of Java” – kisah makam-makan “wali pinggiran” atau “tokoh fenomenal” masa lalu yang ramai dikunjungi penziarah.

Yang menarik justru bagaimana persepsi masyarakat Jawa – juga hampir seluruh kebudayaan nusantara – yang membangun impresi dan gambaran tentang sosok-sosok yang mencuat namanya dalam bentuk paling hiperbola sekalipun ketika wujudnya sudah berbentuk kuburan. Dengan mitos, legenda, atau cerita-cerita berbumbu, makam-makam yang tersebar banyak hingga di hutan dan perbukitan dipercaya mampu mendatangkan nasib baik atau bisa mencukupkan hajat yang mendatanginya.

Padahal, beberapa di-antaranya hanyalah seorang berandalan (bandit) di masa hidupnya, seperti Ki Balak dan Ki Boncolono namun kemudian menyebarkan budi baik di masyarakat. Hasil jarahan atau rampokannya – seperti kisah Si Pitung atau Robin Hood – disebarkannya ke kaum miskin.

Jadilah, sepeninggal mereka, kuburannya menjadi semacam tempat keramat yang disinggahi penziarah. Menariknya, kuncen makam Ki Balak menganjurkan penziarah untuk memberi sesajen berupa candu mentah kalau hendak hajatnya dikabulkan. Konon karena Ki Balak semasa hidupnya ratusan tahun lalu adalah seorang penikmat candu.

Ada juga kisah lain, tentang Mbah Jugo, yang sejatinya menurut salah satu versi cerita, hanyalah seorang tabib Cina yang rajin menyembuhkan penduduk di Gunung Kawi – yang kini terkenal sebagai gunung pesugihan. Makamnya di desa Jugo menjadi tempat warga keturunan Tionghoa memohon rezeki dan dilancarkan usahanya.

Penziarah berdatangan tidak hanya dari nusantara, tapi juga dari Malaysia, Singapura, bahkan dari Taiwan, Hongkon dan Cina. Di sekitar makamnya berdiri banyak juga kelenteng Cina, berdampingan dengan masjid dan pesantren.

Anehnya, sosok Mbah Jugo juga muncul dalam versi Islamnya. Sosok mbah Jugo di-islam-kan sedemikian rupa sehingga ia kemudian diceritakan sebenarnya adalah seorang alim bernama Kiai Zakaria. Kiai ini konon adalah perwira dari pasukan Diponegoro yang menyingkir ke Gunung Kawi. Oleh penduduk sekitarnya, dua versi berbeda dalam satu sosok makam ini tidak begitu diributkan. Buat mereka, impresi para penziarah adalah hak masing-masing.

Cerita lainnya tentang makam yang dikeramatkan berasal dari Sumenep. Ada satu makam yang dipercaya menjadi tempat jasad Pangeran Jimat atau Cakranegara II beristirahat dan menjadi tempat yang ramai dikunjungi. Namun arsip kolonial menuliskan bahwa pangeran ini punya kecenderungan seksual yang berbeda dari umumnya, dia dianggap menyukai sesama jenis.

Pangeran yang tak pernah memiliki istri dan keturunan ini diceritakan suka memelihara prajurit atau pangeran yang tampan di istananya. Para penziarah bukan tak tahu mitos itu, mereka tahu ada versi cerita tentang Pangeran Jimat yang homoseksual. Tapi mereka cukup memaklumi, bagi penziarah itu, sosok wali memang terkadang punya perilaku yang tak biasanya.

Menariknya, di tengah semakin maraknya Islam konservatif yang kadang bernuansa politis ke nusantara, jumlah penziarah ke makam-makam suci ini konon semakin melonjak jumlahnya. Artinya, penganut Islam tradisional tidak terpengaruh dengan perkembangan “dakwah” islam a la kaum kota atau – entah bagaimana mengklasifikasikannya. Di tahun 1988, makam-makam suci ini diziarahi hanya sekitar 500ribu orang. Namun di tahun 2005, jumlah ini meningkat menjadi tiga setengah juga.

Sebuah makam akan lestari diziarahi orang kalau ada masyarakat yang “merawat” ingatan atau kisah-kisah seputar sosok yang terbaring di dalam makam itu. Ingatan dan kisah yang kemudian dibumbui dengan karomah atau hal-hal supranatural tentu akan menarik orang untuk mendatangi. Namun kalau orang sekitar mulai abai, tentu “kekeramatan” makam itu akan berangsur punah. Begitu pula dengan ingatan kita ke sesepuh keluarga. Semakin jauh, semakin lupa.

Tagged with: , ,

Efek Dunning-Kruger

Posted in cerita, Good Article, Umum aja! by daengrusle on June 12, 2019

Kalau di Group WA atau FB yang anda ikuti ada anggota group yang gemar menyebarkan postingan atau artikel bernada kebencian atau memaki kelompok tertentu, maka kemungkinan ‘rekan’ Anda itu mengidap gejala Dunning-Kruger.

Gejala psikologis ini biasanya terpapar pada mereka yang menganggap dirinya lebih hebat dari semua orang, sehingga perilaku “halu” ini membuatnya mudah memaki atau meremehkan orang lain. Berbekal bacaan online, atau kadang hanya berdasar keyakinan pribadi, ia mendaku diri menjadi jaksa sekaligus hakim buat kelompok yang dimusuhinya.

Hal yang paling mengkhawatirkan dari mereka ini, adalah keengganannya menerima kenyataan bahwa orang lain bisa saja mengajukan opini berbeda, atau berseberangan.

Keyakinan seperti ini biasanya kadang dikait-kaitkan dengan keyakinan agamanya. Lumrah didapati bahwa pemeluk agama tertentu selalu merasa agamanya satu-satunya yang benar, yang lain salah dan keliru.

Dalam ilmu psikologi, efek Dunning-Kruger ini dianggap sebagai gejala yang parah karena pengidapnya tidak memiliki kemampuan untuk mengukur diri sendiri, sehingga selalu terjebak ke dalam kondisi halusinasi yang merasa diri lebih berilmu daripada yang lain.

Penemu gejala psikologis ini, David Dunning dan Justin Kruger dari Cornell University menyatakan bahwa, “kesalahan dalam menilai orang lain sejatinya berawal dari kesalahan menilai diri sendiri”. Artinya ilmu TAHU DIRI-nya kurang. Atas temuannya, Dunning dan Kruger berhasil mendapatkan hadiah Nobel di tahun 2000 untuk bidang Psikologi.

Kata Imam Ali kw, sejalan dengan efek ini, bahwa “Seseorang cenderung memusuhi sesuatu yang tidak dipahaminya”. Jadi #sabarki saja.

==

Do not be troubled about whether your heart is good or bad, or your sin light or grievous. Only determine in your heart that you will be born into the Pure Land, and so repeat the “Namu Amida Butsu” with your lips, and let the conviction accompany the sound of your voice.…- Honen  – Japanese Buddhism (died 1212)dunning kruger.png

Pakappala Tallang

Posted in Indonesia, Random by daengrusle on March 28, 2019

Ketika masih kuliah dulu, saya sering mudik ke Makassar menumpang kapal Pelni. Kadang berangkat dari Perak Surabaya, atau Priok Jakarta. Sehari sebelum tiba di tujuan, biasanya kapal akan melewati perairan Masalembo.

Di perairan itu, kapal akan melambat sejenak kemudian membunyikan klason 3 kali keras-keras. Itu sebagai tanda penghormatan nahkoda terhadap kapal Tampomas II beserta korban-korbannya.

Saya sering teringat cerita tentang Kapten Abdul Rivai, nahkoda pemberani. Ia menjadi kapten kapal Tampomas II ketika karam di perairan Masalembo tahun 1981. Ketika KM Sangihe datang hendak mengevakuasi penumpang, ia menolak untuk ikut menyelamatkan diri.

“Saya akan tetap berada di kapal ini hingga detik terakhir” pesannya kepada awak kapal sebelum mereka menyeberang ke kapal tersebut.

Di hari berikutnya, mayat kapten pemberani itu ditemukan oleh KM Sonne, kapal bantuan yang dikirimkan untuk menyisir korban Tampomas. Peristiwa tragis ini sempat dijadikan lagu oleh Iwan Fals.

Para Nahkoda konon memang dilahirkan untuk selalu menjadi paling pemberani. Begitu yang sering kita dengar.

**

Jelang pemilu 1997, Soeharto pernah gusar dengan tiga kekuatan sosial politik yang dianggap bakal menggerus kekuatan Orde Baru. Para mahasiswa jaman itu mungkin masih ingat tiga organisasi yang dipecah-pecah ini; PDI, NU dan HKBP.

PDI dipecah dua menjadi PDI Suryadi dan PDI Mega. Sejak memenangi kongres luar biasa tahun 1993 di Surabaya, Megawati menjadi sosok alternative yang dielu-elukan. Soeharto jelas tak senang. Dengan segala cara ia berusaha mengeliminasi Megawati dari panggung politik.

Tahun 1996, Orba membuat kongres tandingan dan memunculkan Soeryadi. Megawati terdongkel namun pendukungnya tetap menguasai markas partai di Diponegoro Jakarta. Setahun kemudian, tetap di 27 Juli 1997, terjadi penyerangan ke markas PDI tersebut dan melahirkan persitiwa “Kuda Tuli”. Banyak korban yang jatuh, tapi dikaburkan oleh pemerintah.

Akibat tekanan penguasa, banyak teman-teman seperjuangan Megawati meninggalkan dirinya. Sebagian menyeberang ke parpol lain, seperti fenomena kelompok “Mega Bintang” yang mendukung PPP di pemilu 1997. Mega tetap bertahan dengan sedikit loyalisnya, melahirkan Partai PDI-Perjuangan yang tak diakui oleh pemerintah.

NU sempat digoyang oleh Orba ketika Gus Dur, Allahuyarham, mengajukan diri lagi sebagai Ketua PBNU untuk jabatan ke-3 di muktamar tahun 1992. Pembangkangannya terhadap Orba dimulai ketika mendirikan Forum Demokrasi dan bersama Megawati, menjadi kelompok oposisi yang diperhitungkan Orba.

HKBP juga demikian. Kisah pecah belah terjadi saat kelompok Kristen Batak ini semakin menguat, dan tentu saja penguasa status quo bergidik kalau melihat ada organisasi non-pemerintah yang tak bisa mereka kendalikan.

**

Tiga kelompok ini, pernah ditinggalkan beramai-ramai. Para pendukungnya beralih ke sudut lain yang lebih aman, menjanjikan kesejahteraan atau apapun yang lebih nyaman.

Dalam situasi seperti ini, organisasi itu biasa disebut sebagai “Sinking Ship” — kapal karam. Kalau kapal hendak karam, para penumpang beserta awak kapal akan ramai-ramai meninggalkan kapal tersebut. Dipikirnya buat apa bertahan di atas kapal yang pasti tenggelam. Naluri bertahan hidup itu biasa.

Dalam politik, persitiwa sinking ship ini juga sering terjadi. Mereka yang punya loyalitas tipis pada ideologi kadang mudah saja lompat kapal ke organisasi lain. Apalagi kalau merasa tak puas atau tak dapat jabatan di organisasi lama. Kadang gelombang eksodus ini dibuat massif terutama kalau mendapat ancaman atau iming-iming dari kekuatan yang lebih menjanjikan. Seperti kasus PDI, NU dan HKBP itu.

Tapi peristiwa ini juga menghamparkan hal positif, bahwa yang tersisa nantinya hanyalah kader atau pendukung yang benar-benar murni. Mereka tetap berada di kapal yang hendak karam, atau di-karam-kan karena semata naluri kebenaran yang mereka pegang teguh. Kapten Kapal Tampomas II, Abdul Rivai adalah contoh paling sempurna untuk ini.

Orang-orang tersisa, yang masih punyya integritas bakal tak mudah beralih ke gerbong keramaian “bandwagon” yang kadang hanya menjanjikan ilusi keselamatan semu. Politik adalah soal kepentingan, bukan soal kebenaran.

Di masa riuh pasar politik, hal ini mudah terlihat. Lihatlah siapa yang ramai-ramai bergabung ke “bandwagon”, garbong besar yang dianggap kuat pada detik-detik terakhir. Mereka juga mungkin yang bakal pertama melompat meninggalkan sinking ship kalau turbulensi politik tiba-tiba menghunjam.

Kami di Makassar, punya julukan pas untuk kaum oportunis itu; Pakappala Tallang.

Tagged with: ,