…menulis untuk mencicil ketidaktahuan

Menjadi Batu

Posted in cerita, Good Article, Indonesia by daengrusle on June 20, 2021

Hikayat Medusa dan Malin Kundang punya kemiripan. Hidup keduanya berakhir menjadi batu, atau siapapun yang menatap matanya akan menjadi batu. 

Dalam mitologi Aborigin, ada cerita tiga gadis yang terpaksa dijadikan patung dan disembunyikan di pegunungan Biru untuk melindungi kesucian mereka. Sayangnya, dukun yang menjampi-jampi terbunuh dalam perang, dan tak ada orang lain yang menguasai mantera untuk mengembalikan tiga gadis itu kembali jadi manusia. Alhasil, kebatuan mereka abadi hingga sekarang.

Batu, sering dijadikan metafora untuk mereka yang bebal, atau kondisi yang sulit diubah, seperti gelaran kepala batu atau muka tembok. Biasanya untuk mereka yang tak mengikuti pakem atau kebiasaan dan anjuran umum.

Di zaman pagebluk, mereka yang tak mau bermasker ria, emoh jaga jarak atau bahkan yang tak percaya virus covid itu ada sehingga menolak vaksin juga masih banyak. Dari kalangan biasa, alumni perguruan paling cerdas, hingga sejawat tenaga kesehatan yang mestinya punya akses pengetahuan lebih besar, juga bisa dihinggapi kebatuan ini.

Karena kepala batu dan muka tembok ini, kita terpaksa berurusan dengan membludaknya deretan angka-angka kasus baru. Dua tiga hari ini, angka kasus Indonesia nyaris menyentuh sepuluh ribu. 

Teman-teman expatiate yang sudah berencana mudik, terpaksa mengurungkan niat atau menunda. Siapa yang mau menanggung berhari-hari di karantina tanpa kegiatan tapi menguras kantong. Ekonomi, pemerintah dan siapapun meriang jadinya.

Bagi penikmat turnamen sepakbola piala Eropa 2020, tentu tercengang melihat bagaimana penuhnya stadion Puskas Arena di Budapest dan Munich, tempat timnas Hungary, Jerman, Perancis dan Peranggi menjalani laga mereka. Stadion di Baku, Kopenhagen, Roma, Amsterdam, Bukharest, St Petersburg, juga London dan Glaslow disesaki penonton.

Eropa yang awal-awal paling dihantam pagebluk itu kini mulai menggeliat dan menunjukkan daya tahannya. Tentu karena pemerintahnya memperlakukan ketat protocol kesehatan dengan massifnya vaksinasi dan pengetesan di mana-mana. Setidaknya meminimalisir penyebaran antar penduduk.

Di lembah sungai Nidd, dekat Knaresborough North Yorkshire, Inggris, ada tempat mirip gua yang bisa membuat segala sesuatu menjadi batu. Proses ini disebut Petrifikasi. Di bibir gua Nidd ini, banyak barang serupa boneka, cerek, teko, tulang, hingga sepeda ditaruh oleh penduduk hanya untuk melihat semuanya menjadi batu.

Iya, batu serupa stalaktit dan stalakmit. Hanya di Nidd ini prosesnya lebih cepat, hanya hitungan bulan saja. Tak seperti stalaktit stalaknit yang membutuhkan puluhan atau ratusan tahun untuk membatu. Mengabaikan bagaimana mitos dan cerita rakyat Knaresborough bagaimana terkutuknya tempat ini, namun menurut saintis yang meneliti tempat itu, air dengan kandungan mineral sangat tinggi lah yang mengubah benda-benda itu menjadi batu dengan cepat.

Sayangnya, sungai dengan air berkandungan mineral tinggi itu letaknya jauh di Inggris sana. Seandainya berada di nusantara, tentu mereka yang suka abai bahkan meremehkan pagebluk covid ini bisa diarahkan untuk berwisata kesana, sekalian mandi dan mengabadikan dirinya menjadi batu.

Foto: Tampilan pintu gua Nidd, sumber Amusing Planet.

Leave a comment