Balian
Ia sempat merinding ketika bersiap menyerahkan kota suci itu ke Salahuddin Al-Ayyubi, atau nama lain Sultan Saladin, panglima pasukan Islam yang mengepung kota itu.
Balian Of Ibelin, sang penjaga kota suci Yerusalem saat perang Salib III berakhir (1192M) – ketika para Knights yang lain sudah takluk tak berdaya, ia mampu berdiri gagah menahan gempuran ribuan pasukan Saladin. Dengan kekuatan tersisa, Ia berharap perang melelahkan itu berakhir dengan damai.
“Akankah kau melakukan hal yang sama 100 tahun lalu, ketika pasukan Salib Eropa menjarah dan membunuhi seluruh penduduk muslim kota ini?
“Aku bukan mereka” jawab Saladin singkat dengan senyum terlukis di raut wajah kerasnya.
Alhasil, tidak ada pembantaian di akhir perang.
Penduduk kota yang kalah itu dibolehkan tinggal menetap atau meninggalkan Yerusalem dengan damai. Versi cerita lain menyebutkan bahwa, penduduk diperkenankan menebus kemerdekaannya dengan sejumlah uang. Bagi yang tak memiliki harta, terpaksa menerima nasib menjadi budak. Tapi sekali lagi, tak ada pembantaian seperti yang terjadi ratusan tahun sebelumnya. Trauma buruk yang mengendap dalam kenangan kedua umat saat itu.
Itu adegan yang muncul di akhir film “Kingdom of Heaven” (2005) – dibintangi Orlando Bloom dan menjadi salah satu film Hollywood yang konon cukup obyektif melukiskan perang Salib – perang ratusan tahun (1096 – 1204), terpanjang dan berjilid-jilid sepanjang sejarah, yang melibatkan dua agama besar dunia; Katholik dan Islam.
Perang ini lokusnya hanya di satu tempat; Yerusalem, kota suci tiga agama besar dunia. Silih berganti penguasa Muslim dan Kristen merebut kota suci tempat kelahiran Yesus atau Isa bin Maryam alaihissalam itu, namun hingga kini, seribu tahun sejak Paus Urban II mendeklarasikan perang suci itu, kota itu tak kunjung damai.
Di masa kini, kota yang menjadi tempat berdakwah nabi welas kasih yang menentang kekerasan itu “kalau pipi kirimu ditampar, berikan pipi kananmu pula” masih menjadi pusat bara konflik. Masa modern malah menambah satu pihak yang sebelumnya tak terlibat perang Salib berkepanjangan itu; kaum yahudi Zionist, yang mengangkanginya sekarang.
Film ini juga membuka satu hal yang selama ini tertutupi; bahwa perang Salib bukanlah melulu tentang perang antar agama untuk merebut kota suci; tetapi soal politik; tentang siapa berkuasa dan menguasai apa; tentang siapa yang mengejar kemuliaan nama dengan jalan kekerasan atau damai; dan paling utama; Tuhan sebenarnya menghendaki perang atau hanya nafsu manusia saja yang membonceng namaNya.
Kini perang tak berkesudahan itu berpindah ke dunia maya, tempat nyaman kita sebagai sesuatu yang lain. Lain dari kenyataan, sepertinya.
Meski sering kita berkeyakinan “Aku bukan mereka”, tapi nyatanya kita kadang melakukan hal yang sama; mengumpat, mencaci, memaki, atau berprasangka buruk hanya karena sudah merasa beda sejak awal. Perasaan dan pikiran seperti itu, kata Tuhan, akan menghambatmu naik ke derajat kemuliaan.
Saya menunggu cerita dan oleh2 hagia sofia mo saja om 😁
Saya terkesan dengan kalimat ini, “Tuhan sebenarnya menghendaki perang atau hanya nafsu manusia saja yang membonceng namaNya.” Begitu dalam pemaknaannya. Apakah memang Tuhan dengan segala KEMAHAANNYA masih butuh pembelaan hamba?
Endingnya nggak ketebak dari awal😅 saya kira mau dibawa kemana cerita peperangan ini. Tak disangka, lagi-lagi ada pelajaran yang bisa saya petik dari tulisan daeng Ruslie ini. Terima kasih daeng sudah diingatkan kembali.
terima kasih Daeng sudah mengingatkan kembali, btw, itu gambar kok mirip David Beckham yah?
Kadang -kadang suka timbul banyak pertanyaan, orang-orang yang menyebut dirinya suci dan garda pembela agama namun berprilaku seperti seperti apa yang diajarkan agama yang penuh kedamaian. Mungkin apa yang daeng bilang benar adanya : “Tuhan sebenarnya menghendaki perang atau hanya nafsu manusia saja yang membonceng namaNya.”
Kalau ada orang yang menyebut dirinya suci dan menjadi pembela agama itu adalah pilihan, yang jelas “Aku bukan mereka”
Sebuah pengingat bahwasanya manusia kadang menjadi lebih jahat dari mahluk lain ciptaan-Nya hanya karena merasa paling benar sendiri.
Kingdom of Heaven, salah satu film yang saya suka juga. Memberikan penggambaran yang lumayan fair soal perang salib di Jerusalem.
Menarik. Pikiran “aku bukan mereka” padahal melakukannya juga.
Padahal lebih indah, pada keadaan yang majemuk, kita.berpegang saja pada persamaan yang ada.
Adapun perbedaan, pasti tidak akan habisnya bila diperdebatkan. Lebih baik disimpan di tempat teraman di dalam lemari. Karena dunia yang penuh warna kelihatan lebih indah.
Saya tidak menyangka ending ceritanya sampai ke persoalan yang lagi marak sekarang. Argh tulisan dg rusle memang selalu menarik dan membuat pembacanya menjadi kaget dengan akhir cerita yang tidak pernah dibayangkan *lebayku deh*
Tulisan yang singkat tapi sangat membuka wawasan pikiran☺. Saya suka sekali memang dengan cerita perang salib ini, terutama kisah kejayaan kerjaan islam di masa lalu.
Tulisan kakak bagus, saya lagi belajar menulis artikel seperti ini, mengungkapkan fakta menghubungkan fakta yang sama dengan kondisi sekarang, mengemukakan pendapat dan mengambil kesimpulan.
Selalu jleb postingan ta Daeng 😊. Perang tak pernah baik menurutku, selalu saja korban terbesarnya adalah perempuan dan anak-anak.
Ingatan kembali terunggah, terimakasih daeng. anw, tadi ku kira film Assasins ternyata bukan hehehe. Nanti dicoba deh nntonnya. Mirip2 yah filmnya alfatih tentng constantinopel
Gambarnyaa hadeuh~ bikin kaget pas buka tiba-tiba muncul dilayar -_-
Saya suka bagian “Tuhan sebenarnya menghendaki perang atau hanya nafsu manusia saja yang membonceng namaNya.”
Ditunggu tulisan-tulisan selanjutnya kak 😅