…menulis untuk mencicil ketidaktahuan

Agama, ringkasnya begini…

Posted in Kenangan by daengrusle on March 16, 2010

Sejatinya manusia dibekali embrio toleransi dalam ke-bhineka-an. Ketika sejak mula merintis sebuah komunitas, mereka meyakini sebuah keyakinan filosofis bahwa asal mereka hanya satu, meski kemudian berkecambah menjadi banyak ragam. Pun soal tradisi ritual dalam menyembah sang Satu, mereka punya kesepahaman bahwa cara boleh berbeda, tergantung tingkat penerimaan.

Kemudian muncullah konstruksi agama-agama formal yang coba ‘menata’ ulang kepercayaan itu, meluruskan yang agak serong, memperkuat yang sudah lurus. Hanya saja, agama formal itu secara tak terduga melahirkan kaum elit, yakni orang-orang yang mengaku punya tingkat kedekatan ‘lebih’ kepada kekuatan transenden dan dengan demikian menciptakan strata sosial dalam komunitasnya.

Maka muncullah otoritarianisme dalam ber-agama.

Tagged with:

3 Responses

Subscribe to comments with RSS.

  1. achoey said, on March 18, 2010 at 2:37 am

    Selalu saja tulisanmu, berbobot.

  2. Miftahgeek said, on March 19, 2010 at 1:42 pm

    begitu ringkas, padat, hanya saya yang terlalu awam untuk menerima maksudnya T.T

  3. go_blog said, on September 24, 2010 at 9:49 am

    Pada awalnya, semua agama yang diturunkan Tuhan ke dunia ini mempunyai satu inti, TAUHID!
    Kemudian, inti agama itu rusak karena manusia mulai menuhankan sesuatu yang ada di dunia.
    Agama sejati tidak hanya mengatur urusan individu, namun juga masyarakat dalam setiap aspek.
    Karena itu, barang siapa yang menjaga kemurnian agamanya seperti pada saat diturunkan di

    dunia ini adalah orang-orang yang mendapat keselamatan.
    Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan petunjuk dan keselamatan kepada kita semua.

    [1ND0N3S14_90_KH1L4F4H]
    [“Begin The Revolution with Basmallah”]


Leave a comment